Senin, 17 Oktober 2011

PEMERIKSAAN SPUTUM

Sputum
          Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman, 1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah  sputum pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan  air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).

Klasifikasi Sputum

Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
• Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
• sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
• Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
• Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
• Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
• sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
• Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
• Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.



Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme penyebab. Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1.     Pewarnaan Gram,biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang organism yang cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
2.     Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnose definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
3.     Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alcohol asam.


Pengumpulan Sputum
Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering kali jika klien tidak di jelaskan demikian, klien akan mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboraturium. Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk :
1.     Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien.
2.     Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena batuk.
3.     Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan specimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.
4.     Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah specimen terkumpul sehingga specimen dapat dikirim ke laboraturium secepatnya.

1.Pengambilan Spesimen
Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah  penampung sputum. 
Cara pengambilan sputum : 
Pasien berkumur dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah yang bermulut lebar, mempunyai tutup berulir,  suci hama, tidak mudah pecah, tidak bocor, sekali pakai dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak memungkinkan dapat dengan duduk agak membungkuk. Pagi  hari setelah bangun tidur biasanya rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita di anjurkan untuk menahanya dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian segera di suruh batuk sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang dibatukkan keluar dari tenggorokan. Sputum yang keluar di tampung dalam wadah yang di sediakan, mulut wadah penampung dibersihkan dari tetesan dahak lalu di tutup. Wadah diberi label yang yang berisi  nama, alamat, tanggal pengambilan serta nama pengirim.


2.  Pembuatan Sediaan
a.  Pembuatan Preparat
Gelas kaca di beri nomor kode, nomor pasien, nama pasien, pada sisi kanan kaca obyek baru. Pilih bagian sputum yang kental, warna kuning kehijauan, ada pus atau darah, ada perkejuan. Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan ose yang sebelumnya dibakar dulu sampai pijar, kemudian didinginkan. Ratakan diatas kaca obyek dengan ukuran  + 2-3 cm. Hapusan sputum yang dibuat jangan terlalu tebal atau tipis. Keringkan dalam suhu kamar. Ose sebelum dibakar dicelupkan dulu kedalam botol berisi campuran alkohol 70% dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 dengan tujuan untuk melepaskan partikel  yang melekat pada ose (untuk mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada waktu ose dibakar yang dapat menularkan kuman tuberkulosis).Rekatkan / fiksasi dengan cara melakukan melewatkan preparat diatas lidah api dengan cepat sebanyak 3  kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen. 
b.  Pembuatan Ziehl Neelsen. 
Pada dasarnya prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan asam  karena mempunyai lapisan lemah atau lilin sehingga sukar ditembus cat. Oleh pengaruh phenol dan pemanasan maka lapisan lemak dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada pengecatan Ziehl Neelsen  setelah BTA mengambil warna dari basic fuchshin kemudian dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka pada waktu dipanasi akan merapat kembali karena  terjadi pendinginan pada waktu dicuci. Sewaktu dituangi dengan asam sulfat  dan alkohol 70% atau HCI alkohol, warna merah dari basic fuchsin pada BTA tidak akan dilepas/luntur.Bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merah, sehingga menjadi pucat atau tidak bewarna. Akhirnya pada waktu dicat dengan Methylien Blue BTA tidak mengambil warna biru dan tetap merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil warna biru dari Methylien Blue. 
c. Cara Pengecatan Basil Tahan Asam
 Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan Carbol Fuchsin  sampai menutupi seluruh sediaan. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api selama 3 menit sampai keluar uap, tetapi jangan  sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit (dengan memakai pinset). Cuci dengan air mengalir, tuang HCL alkohol 3% (alcohol asam) sampai warna merah dari fuchsin hilang. Tunggu 2 menit. Cuci dengan air mengalir, tuangkan larutan Methylen Blue 0,1% tunggu 10-20 detik. Cuci dengan air mengalir, keringkan di rak pengering. 
d.  Cara Melakukan Pemeriksaan
Setelah preparat terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas  tissue, kemudian sediaan ditetesi minyak  imersi dengan 1 tetes diatas sediaan. Sediaan dibaca mikroskop dengan perbesaran kuat. Pemeriksaan dimulai dari ujung kiri dan digeser ke kanan kemudian digeser kembali ke kiri (pemeriksaan system benteng). Diperiksa 100 lapang pandang (kurang lebih 10 menit). Pembacaan dilakukan secara sistematika, dan setiap lapang pandang dilihat, kuman BTA berwarna merah berbentuk batang lurus atau bengkok, terpisah, berpasangan atau berkelompok dengan latar belakang biru. 
3.  Pelaporan Hasil
Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala International Union Against Tuberculosis (IUAT) .Pemeriksaan sputum untuk Basil Tahan Asam biasanya dilakukan pemeriksaan terhadap sputum sewaktu, sputum pagi dan sputum sewaktu (SPS). Hasil yang positif ditandai dengan sekurang – kurangnya 2 dari 3 spesimen sputum sewaktu,  pagi, sewaktu adalah positif ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA).Pemeriksaan mikrokopis BTA ini digunakan untuk menbantu diagnosis penyakit tuberculosis. Metode yang dipakai biasanya dengan pengecatan langsung (metode pewarnaan Ziehl Nelsen ), dan metode penghitungan BTA dengan skala IUAT (Intrenational Union Against Tuberculosis) yaitu dalam 100 lapang pandang tidak ditemukan BTA disebut negatif. Ditemukan :
1.  1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
2.  10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+). 
3.  1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ atau (2+). 
4.  > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ atau (3+).
Penulisan gradasi hasil bacaan penting, untuk menunjuk keparahan penyakit dan tingkat penularan penderita. (Departemen Kesehatan RI 2001).

Minggu, 09 Oktober 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EMBOLI PARU


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EMBOLI PARU


A.    PENGERTIAN
Emboli paru adalah tersumbatnya jaring jaring vaskuler oleh embolus yang dapat berupa thrombus ( bekuan darah ), fragmen jaringan, lemak dan gelembung udara. Yang paling umum karena terlepasnya thrombus dari perlekatannya pada vena ekstremitas bawah ( vena profunda betis ) lalu bersirkulasi melalui jantung kanan sampai akirnya tersangkut pada arteria pulmonalis

B.     PATOFISIOLOGI
     Emboli yang terlepas melewati jantung kanan dan tersangkut pada vaskuler pulmonal,   aliran darah tersumbat sehingga menyebabkan hipoksia jaringan pulmonal. Ketidakseimbangan rasio V/S ( ventilasi / perfusi ) menyebabkan hipoksemia arteri. Jika embolus tidak menyebabkan infark maka bekuan dilarutkan oleh system fibrolitik dan fungsi paru kembali normal.

      Skema Patogenesis emboli paru:
      
Stasis vena / cedera pembuluh darah / hiperkoagualabilitas
â
Pembentukan thrombus
â
Terlepasnya thrombus
â
Infark sebagian sirkulasi pulmonal
â
Hipoksia vasokontriksi / penurunan surfaktan / edema paru / atelektasis
â
Takipnea / dispnea / nyeri dada / PaCO2 menurun / PaO2 menurun / infark pulmonal / hipertensi pulmonal / penurunan curah jantung / hipotensi sistemik / syok

C.     FAKTOR PREDISPOSISI
1.      tromboflebitis ( thrombus vena profunda betis )
2.      imobilisasi ( meningkatkan resiko stasis )
3.      trauma ( luka bakar menyebabkan kerusakan endotel )
4.      obesitas
5.      penyakita jantung ( DC, IMA )
6.      neoplasma
7.      terapi estrogen ( menyebabkan hiperkoagualibilitas )

D.    PENATALAKSANAAN MEDIS
1.      terapi trombolitik
pemberian 100 mg rt-PA ( activator plasminogen tipe jaringan ) rekombinan sebagai infus
2.      embolektomi pulmonal
ekstrasi emboli dari vaskuler pulmonal ataupun kateter penghisap IV

E.     PROSES KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       aktivitas / istirahat : riwayat imobilisasi, kelemahan, dispnea, gangguan tidur, takikardi
b.      sirkulasi : riwayat cedera vena iliaka / pelvis, varises vena, luka baker, takikardia, disritmia, hipotensi, tromboflebitis
c.       pernapasan : riwayat penyakit paru kronis, batuk, sputum berdarah, takipnea, whizzing
d.      nyeri / kenyamanan : neyeri dada, tromboflebitis, gelisah, merintih, menekan dada
e.       pemeriksaan penunjang : angiografi pulmonal, GDA ( PaO2 dan PaCO2 menurun ), hemokonsentrasi
2.      Diagnosa keperawatan
a.       pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru / proses inflamasi ditandai dengan takikardia, batuk, whizzing, rales.
b.      Gangguan perfusi jarinagan ( perubahan vaskuler pulmonal ) berhubungan dengan obstruksi vaskuler oleh emboli ditandai dengan takikardia, tromboflebitis, cianosis
c.       Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhububgan dengan terbatasnya informasiditandai dengan memerlukan informasi, salah gambaran tentang kondinya
3.      Intervensi keperawatan ( dx. a )
a.       kaji status pernapasan
b.      observasi warna kulit, membrane mukosa, ujung jari
4.      Intervensi keperawatan  ( dx. b )
a.       berikan stoking antiemboli
b.      tinggikan ektremitas bawah
c.       lakukan latihan rentang gerak
d.      kaji tempat punksi IV
e.       berikan antikoagulan sesuai terapi
f.       pantau PT dan PTT
5.      Intervensi keperawtan ( dx. c )
a.       ajrkan pada klien tentang factor penyebab dan upaya menghindari emboli pulmonal
b.      tidak memakai pakaian ketat
c.       hindari duduk atau berdiri lama lakukan gerakan dorsofleksi tiap 2 jam
6.      Kriteria evaluasi ( dx. a )
Pola nafas efektif dengan frekuensi dan irama normal, suara paru normal
7.      Kriteria evaluasi ( dx. b )
Nadi normal, ekstremitas hangat, tanda flebitis tidak ada, PT / PTT normal
8.                              Kriteria evaluasi ( dx. c )
Menyebutkan perilaku yang dapat meningkatakan resiko emboli

Jumat, 30 September 2011

KEPERAWATAN PROFESIONAL

Organisasi Profesi keperawatan : ANGGARAN DASAR &
ANGGARAN RUMAH TANGGA PPNI
Organisasi Profesi Keperawatan PPNI          
 ANGGARAN DASAR PPNI
                          BAB I
            IDENTITAS ORGANISASI
ž  Pasal 1 : Nama Organisasi
Organisasi ini bernama Persatuan Perawat Nasional Indonesia disingkat dgn PPNI
ž  Pasal 2 : Bentuk Organisasi
Organisasi PPNI berbentuk kesatuan dimana kedaulatan tertinggi di tangan anggota melalui MUNAS.
ž  Pasal 3 : Waktu pendirian
organisasi ini didirikan 17 Maret 1974 sbg fusi bbg organisasi keperwatan yg sdh ada sbl nya.
ž  Pasal 4 : Kedudukan
Organisasi ini berkedudukan diwilayah hukum NKRI dgn pengurus pusat berada di Ibukota Negara
ž  Pasal 5 : Lambang organisasi
Lambang PPNI berbentuk lingkaran yng berisi sebuah segilima hijau tua dgn dasar kuning emas & sebuah lampu putih yg berlidah api lima cabang warna merah dgn tulisan dipinggir bingkai berbunyi PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA  - PPNI                     
BAB II
SIFAT,AZAS & TUJUAN
ž  Pasal 6 : Sifat
PPNI adlh organisasi profesi keperawatan yg berorientasi kpd kebutuhan kesehatan masyarakat mll praktek keperawatan profesional
ž  Pasal 7 : Azas
   Organisasi ini berazaskan kaidah organisasi profesi & nilai-nilai profesi keperawatan
ž  Pasal 8 : Tujuan
1.Memantapkan persatuan & kesetuan
      yg kokoh antar perawat
2.Meningkatkan mutu pendidikan &
      pely keperawatan dlm rangka
      meningkat kan derajat kesehatan
      masyarakat
3.Mengembangkan karir & prestasi
      kerja bagi tenaga perawat sejalan dgn
      pening katan kesejahteraan Perawat
   4.Memfasilitasi & melindungi anggota dlm menggunakan hak politik & hukum
    5.Meningkatkan hubungan kerjasama dgn organisasi lain,lembaga & institussi lainbaik di         dalam maupun luar negeri
BAB III
PERAN & FUNGSI
ž  Pasal : 9
1.PPNI berperan sbg regulator dgn fungsi sertivikasi & memfasilitasi registrasi &  lisensi
2.PPNI berperan sbg penata kehidupan
   keprofesian dgn fungsi: Organisasi,
   Diklat,Pelayannan keperawatan,Hukum
   & Politik,Pengebangan hubungan
   Masyarakat & kerjasama
3.PPNI berperan sbg fasilitator dlm meres pons peningkatan kesejahteraan,pemasaran & pengembangan usaha
BAB IV
KEANGGOTAAN
ž  Pasal 10
Anggota PPNI terdiri dari :
1.Anggota biasa
2.Anggota khusus
3.Anggota kehormatan
BAB V
ORGANISASI
ž  Pasal 11
Organisasi PPNI terdiri :
a.       Badan Legeslatif,
b.      Badan Eksekutif,
c.       Badan Pertimbangan,
d.      Badan Kelengkapan & badan khusus
ž  Pasl 12
Badan Legeslatif adlh MUNAS,
RAKERNAS,MUSPROP,RAKERPROP,
MUSKAB/KOT,RAKERKAB/KOT, MUSANG.
ž  Pasal 13
Badan Eksekutif adalah Pengurus pusat,Pengurus Propinsi,Pengurus Kab/Kot & Pengurus Komisariat
ž  Pasal 14
Badan Pertimbangan terdiri dari:
1.Dewan Pertimbangan
2.Majelis Kehormatan Etik
      Keperawatan(MKEK)
ž  Pasal 15
Badan kelengkapan organisasi adalh badan2 yg dikukuhkan pengurus pusat sesuai amanat MUNAS yg tdr dari:
   1.Koligium Ners Spesialis
2.Koligium Ners
3.Ikatan Perwat
4.Himpunan Perawat
ž  Pasal 16
Badan Khsus adlah unit yg dibentuk oleh pengurus pusat dan atau pengurus Propinsi untuk melaksanakan tugas tertentu yg bersifat sementara bila diperlukan
BAB VI
KEKAYAN
ž  Pasal 17
Kekayaan organisasi dpt bersal dari sumber :
1.Uang pangkal
2.Uang iuran
3.Hibah & sumbangan
4.Usaha-usaha lain yg sah & tdk
      mengikat
BAB VII
Perubahan anggaran dasar & pembubaran organisasi
ž  Pasal 18
Perubahan anggaran dasar ini hanya dapat dilakukan melalui MUNAS
ž  Pasal 19
1.Pembubaran organisasi hanya bisa
      dilakukan melalui MUNAS KHUSUS untk itu
2.Dalam hal organisasi dibubarkan,maka
      kekayan organisasi diserahkan kepada
      lembaga sosial atau NKRI
BAB VIII
ATUARAN TAMBAHAN
ž  Hal-hal yg blm diatur dal Anggaran Dasar (AD) ini dimuat dalam anggaran Rumah Tangga(ART) PPNI sepanjang tdk bertentangan dgn Anggara Dasar.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PPNI
        BAB II : KEANGGOTAAN
Pasal 2 : Persyaratan anggota
1.Anggota Biasa
a.WNI
b.Lulus pendidkan formal di bidang kepera
   watan yg telah disahkan oleh pemerin
   tah RI
c.Menyatakan diri untk mjd anggota PPNI mll Proses pendaftaran anggota pd pengurus kab/kot atau kom
d.Mengisi & mennadatangani surat persetujuan bersedia mengikuti mentaati AD/ART PPNI
e.Bersedia aktif mengikuti kegiatan organisasi yg dilaksanakan PPNI & atau badan kelengkapan PPNI
2.Anggota Khusus
a.Perawat WNA yg bekerja di Indonesia & tlh memenuhi ketentuan pemerintah RI
   (PP No 32 th 1996) & tlh mengikuti
      proses adaptasi selama 6-12 bulan

b.Menyatakan diri untk mjd anggota PPNI
   mll proses pendaftaran anggota
      Kab/Kot atau Komisariat
c.Mengisi & menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti & mentaati AD/ART PPNI
d.Bersedia aktif mengikuti kegiatan organisasi yg dilaksanakan PPNI & atau badan kelengkapan PPNI
3.Anggota Kehormatan
a.Mereka yg bukan perawat, ttp tlh
      berjasa thd perkembangan
      keperawata & organisasi

b.Diusulkan oleh Kab/Kot & disetujui
      oleh Pengurus propinsi kpd
      pengurus pusat

c.Disahkan oleh pengurus pusat dlm
      kegiatan yg bersifat Nasional
suport by:
http://www.RahasiaWebsitePemula.com/?id=riadifaud
http://www.RahasiaWebsitePemula.com/order.php?id=riadifaud